Selasa, 20 Juli 2010

Taman Nasional Baluran

Begitu memasuki kawasan Taman Nasional Baluran tepatnya di sekitar guesthouse mungkin akan kaget karena mendapat sambutan oleh sekawanan monyet berekor panjang di antara pepohonan di jalan menuju lokasi savana Bekol. Walaupun mereka tidak mengganggu, tapi pasti akan membuat kita bergerak terperanjat.

Ketika pertama kali datang, walau di dalam mobil, sempat dibuat kaget dengan aksi mereka di pepohonan dekat hutan musim dataran tinggi. Tapi ketika mereka hendak difoto, buru-buru berhamburan bersembunyi.


Kera abu-abu (Macaca fascicularis) yang mempunyai ekor panjang adalah di antara hewan yang berjumlah besar. Walaupun satwa asli Baluran yang kemudian menjadi maskot di sana adalah Banteng (Bos javanicus). Tapi dibandingkan hewan yang lain yang ada di sana, kera inilah yang paling berani untuk unjuk aksi di depan manusia, walaupun mereka sama-sama liar.

Dari beberapa referensi, dulunya binatang yang paling sering berseliweran di depan pengunjung taman nasional Baluran adalah yang bertubuh gempal, hitam, dengan moncong yang agak panjang alias Babi hutan (Sus verrucosus).

Bahkan mereka suka berkeliaran disekitar guesthouse dan tidak takut lagi pada manusia. Ketika EastJava.com ke sana ternyata tidak menjumpai seekorpun babi hutan di sekitar guesthouse tempat menginap. Selain anak babi hutan yang kecil melintas di jalan menjelang malam ketika perjalanan keluar dari taman nasional itu.

Justru kawanan kera itulah yang sempat memberikan kejutan. Sejak pertama kali sampai di guesthouse, kawanan kera itu sudah tampak di sekitar bukit yang letaknya tebat di belakang guesthouse. Sedikit pun tidak terlintas di benak, bila nantinya mereka akan turun mendekat di sekitar pengunjung yang datang.

Keindahan panorama savana di Baluran sungguh menarik. Hamparan rumput kering yang daunnya sesekali bergerak dihembus angin lirih, dengan latar gunung Baluran dengan liuk permukaannya serta hijau dedaunan yang menyelimuti.

Pagi hingga siang hari serasa ingin menghabiskan waktu di tengah alam beriklim kering terbesar di pulau Jawa itu, kalau saja lelah tidak mendera akibat perjalanan jauh dari Surabaya yang memakan waktu lebih kurang lima jam.

Kesempatan pagi di alam terbuka, sebelum matahari terbit harus dinikmati. Tempat paling menarik untuk dituju saat itu adalah naik ke menara pandang. Dengan berjalan sejauh 100 meter menuju puncak bukit Baluran. Ufuk mulai naik di ujung Timur, seiring sang surya meninggi hamparan savana makin terang terlihat. Begitu pula area hutan tropis yang ada di sekitarnya.

Di kejauhan tampak seekor Banteng bergerak di tengah savana, arahnya menuju jalan masuk ke guesthouse. Walaupun dari atas menara pandang gerakannya terlihat lambat, namun ternyata sebaliknya. "Banteng itu jalannya juga cepat" urai Setiawan, salah seorang pengunjung asal Yogyakarta yang juga sedang melakukan penelitian terhadap Banteng di Baluran.

Menurutnya untuk dapat mengamati hewan-hewan di sana paling tepat dari menara pandang, lebih baik lagi menggunakan alat bantu pandang jarak jauh.

Bahkan hingga sekian waktu ditunggu hewan-hewan itu tidak ada yang muncul. Walaupun kemudian berhasil menjumpai kawanan rusa yang jumlahnya ratusan meski di tempat yang agak jauh.


Atas informasi Setiawan pula, di sebelah Timur Bekol terdapat pantai yang juga masih termasuk kawasan Taman Nasional Baluran. Pantai Bama, jaraknya 3 Km dari guesthouse 45 menit ditempuh dengan berjalan kaki. Di pantai ini ternyata juga merupakan sarangnya kera berekor panjang. Penyambutan pun terjadi ketika EastJava.com tiba di sana.

Yang lebih mengejutkan adalah aksi kera-kera itu ketika di guesthouse. Ketika tim EastJava.com hendak istirahat dalam kamar siang sekembali dari pantai Bama, tiba-tiba terdengar suara gaduh di sekitar. Ketika bangun dan mengintip dari balik tirai jendela, segerombolan kera itu sudah berada di sana.

Begitu pula ketika pintu kamar dibuka perlahan, tampaknya mereka juga sudah masuk ke dalam guesthouse. Jumlahnya ratusan, rupanya mereka masuk ke dalam melalui atap lalu masuk melalui balkon di lantai dua dan turun ke ruang utama. Mereka mengerubungi guesthouse setelah mencium bau makanan yang ada di dalam.

Untunglah mereka tidak terlalu usil, walaupun sempat membuat kawatir. Dengan nekat keluar kamar, ternyata mereka kabur juga. Kera-kera di Baluran memang alami liar, yang dicarinya murni makanan. Namun demikian dari sekian aksi mereka juga membuat tertarik untuk dipotret, sebagai sebuah kenangan berbaur dengan sesama Primata..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar